Mengenal Lebih Dekat Feramitha Tiffani Mokodompit SM MBA

oleh -1,038 dilihat
oleh

“Orang yang sukses melakukan apa yang tidak ingin dilakukan oleh orang biasa. Jangan mengira itu mudah, semoga kamu lebih baik.” – Jim Rohn –

Mendengarkan musik, hangout bersama teman atau berdiam diri di zona aman layaknya anak muda pada umumnya, mungkin pilihan jamak yang tersaji lempang.

Feramitha Tiffani Mokodompit, S.M, M.B.A tak memilih itu, ia anak muda Bolaang Mongondow Raya yang juga ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Bolaang Mongondow periode 2022-2025.

Tak bisa dipungkiri, boleh jadi ini wadah yang melambungkan namanya di Bolaang Mongondow Raya (BMR), hingga akrab dan mulai dikenal di kalangan masyarakat BMR, tak terkecuali generasi muda di Bolaang Mongondow karena kiprah briliannya. Selain dikenal cerdas dan memiliki banyak keahlian, Mitha juga sangat mahir berbahasa Inggris.

Dibesarkan dan hidup di lingkungan keluarga yang majemuk dan multi etnis berpengaruh dalam membentuk mindset Mitha, terlebih kehidupannya sejak kecil hingga dewasa banyak dihabiskan di beberapa daerah yang pelangi dan penuh tantangan, sehingga melahirkan sosok yang berani dan penuh karakter.

Belum lagi keterlibatannya dalam berbagai organisasi ekstra dan Intra kampus membentuk Mitha menjadi sosok perempuan yang tak biasa. Bukan sekedar ikut-ikutan dalam organisasi yang menjadi laboratorium pembentukan dirinya, Mitha begitu aktif dalam berorganisasi dan berulang kali menjadi utusan langsung kampus tempatnya menimba ilmu, maupun yang bersifat voulenter atau sukarela.

Sebagai Srikandi dari Bolaang Mongondow, sosok satu ini tak butuh validasi karena dirinya telah merintis menempah hidupnya, dari berbagai lini candra dimuka kehidupan. Mitha saat ini sedang menghibahkan hidupnya untuk mengabdi kepada daerah tercinta, menyumbangkan tenaga dan pemikiran yang telah diraihnya demi kemajuan daerah leluhurnya tanpa syarat apalagi dengan embel-embel apapun.

Masa Kecil

Mitha lahir di Fak-fak, 18 Oktober 1996. Ia adalah putri ketiga dari 3 bersaudara pasangan Bapak Ir. Limi Mokodompit, MM dan Ibu Iryanti Suleha Uswanas, S.Sos. Mitha satu-satunya putri bungsu yang bersanding dengan dua saudara laki-laki yang saat ini masih berkiprah di ranah Bumi Cendrawasih.

Kendati Ayah Mitha, saat ini adalah Pejabat Eselon II sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan saat ini dipercayai juga oleh Gubernur Olly Dondokambey sebagai Penjabat Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow, tak membuat dirinya berpangku tangan terlebih menjadi anak manis. Mitha ikut andil dan berperan menularkan pola pikir positif kepada anak muda di Bumi Totabuan.

Sebelum menjabat Bupati, Ayah Mitha ternyata memiliki pengalaman hidup yang tak biasa dan penuh lika liku. Diusianya yang masih belasan tahun dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, sang Ayah terpaksa menjadi tulang punggung keluarga karena kakek Mitha telah meninggal dunia.

Karena kondisi sebagai anak yatim, ayahnya harus berjuang membantu neneknya seorang ibu rumah tangga yang hanya berbekal gaji purnawirawan polisi kala itu, saung pensiun sang kakek tak mampu menghidupi adik-adik Ayahnya yang masih bersekolah.

Pada usia 18 tahun, Ayahnya nekat berangkat merantau ke Papua, berbekal informasi peluang kerja yang diumumkan dari secarik Koran. Ayahnya memulai karir sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan memulai profesi sebagai penyuluh pertanian. Berkat ketekunan dan kegigihan itu, dirinya pun diangkat menjadi Kepala Balai Informasi Penyuluhan Pertanian di ujung timur Indonesia.

Karir Sang Ayah kemudian terus menanjak, lalu dipercaya sebagai Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan terakhir menduduki jabatan Kepala Dinas Lingkungan Hidup di Pemerintah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Atas kecintaannya pada tanah kelahiran, Sang Ayah sempat kembali untuk mengabdikan diri di Bumi Totabuan untuk ikut kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Bolaang Mongondow.

Segudang pengalaman hidup ayah Mitha menjadi legasi serta mengajarkan berbagai hal, terutama dalam sikap dan karakter yang kuat bagi anak-anaknya, tak terkecuali sang putri bontot ini. Kendati begitu, sikap ramah, santun, toleran serta menghargai orang lain tetap menjadi prioritas ajaran etis yang menurun pada Mitha. Itulah sebabnya, Srikandi satu ini tumbuh menjadi pribadi yang kuat, peduli, toleran dan ramah bagi semua orang.

Pengalaman Sang Ayah dan Keluarganya ini, menempa Mitha sejak belia, meski kehidupannya tidak jauh berbeda dengan anak-anak umumnya, namun sisi nilai perjuangan yang diterapkan di lingkup keluarga membuat Mitha tumbuh sebagai sosok yang penuh karisma dan memiliki etos kerja yang tinggi. Lahir dan dibesarkan dari keluarga yang memiliki latar belakang sosial yang plural, membuatnya mudah beradaptasi dan berinteraksi dengan anak-anak muda lainnya.

Tak hanya itu, Watak dan kepribadian Mitha yang adaptif dan familiar ini tak datang ucup-ucup, terlahir dari keluarga multi etnis karena Ayahnya, Bapak Ir. Limi Mokodompit, MM adalah suku Mongondow sedangkan ibunya, Iryanti Suleha Uswanas, S.Sos berasal dari keturunan Suku Papua Barat, Ambon (Maluku) dan Jawa Timur.

Latar belakang keluarga yang beragam dan plural serta hidup di lingkungan yang majemuk itulah, Mitha dan saudara sulungnya diajarkan adab dan ditanamkan tata cara bergaul yang benar oleh kedua orangtuanya, terutama dengan lingkungan budaya yang berbeda.

Mitha kecil telah menghirup kehidupan di tengah masyarakat yang berbeda karakter sosial dan sempat merasakan konflik. Gesekan sosial itu bukan hanya gangguan Kamtibmas (Keamanan Ketertiban Masyarakat) biasa, tetapi friksi dari adab, sosial budaya dan kearifan lokal sebuah entitas dan komunitas, untuk diambil sisi positif dan pembelajaran.

Mitha sedang memulai Bab Pembuka pada halaman titian karir panjangnya, mengulang kembali lembaran sejarah ranah berjuluk Fajar Bulawan, kemuning emas yang sudah ditorehkan leluri negeri beradab ini.

Paradoks dan pertentangan sosial budaya ini, memantik banyak pelajaran yang dipetik untuk menjadi seorang pribadi yang kuat, berani dan bijak dalam bersikap. Sejurus itu, Mitha juga dikenal sebagai sosok perempuan yang tetap menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama, suku, ras, budaya dan adat istiadat. Sebagai bagian dari pondasi dan bekal Mitha dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sudah seyogyanya harus dimiliki oleh setiap Warga Negara Indonesia.

(BERSAMBUNG)

 

Catatan : Subagio Manggopa

No More Posts Available.

No more pages to load.