Intimidasi Sementara, Kekuatan Rakyat Abadi

oleh -428 Dilihat
oleh

BOLMONG, Kroniktoday.com – Seiring dengan berjalannya waktu, kita semakin sering menyaksikan bagaimana intimidasi dan penyalahgunaan kekuasaan menjadi bagian dari politik praktis yang mengancam prinsip dasar demokrasi. Namun, dalam sejarah perjuangan bangsa, satu hal yang selalu terbukti kuat: kekuatan rakyat. Ketika rakyat bersatu, tak ada kekuatan yang bisa menundukkan atau menghalangi kehendak mereka, bahkan oleh kekuasaan yang paling represif sekalipun.

Kekuasaan sering kali menggunakan segala cara untuk mempertahankan posisi dan pengaruhnya, termasuk melalui intimidasi terhadap kelompok-kelompok tertentu seperti aparat sipil negara (ASN), kepala desa, atau bahkan masyarakat biasa yang terlibat dalam proses politik. Ancaman terhadap kebebasan individu dan kelompok ini, baik berupa tekanan, pemaksaan, atau diskriminasi, seakan-akan ingin membungkam suara rakyat yang hendak memilih dan menentukan masa depan mereka.

Namun, sejarah mengajarkan kita bahwa dalam setiap kondisi yang menekan, kekuatan rakyat selalu menemukan jalannya. Rakyat bukanlah entitas pasif yang hanya bisa menjadi objek dari kebijakan atau kekuasaan, tetapi merupakan subjek aktif yang memegang kendali atas nasibnya. Intimidasi dan tekanan hanya akan memperkokoh tekad rakyat untuk melawan ketidakadilan, dan bukan sebaliknya, menundukkan mereka.

Salah satu contoh yang paling relevan adalah keberanian rakyat dalam menghadapi rezim otoriter atau pemerintahan yang menekan kebebasan politik. Ketika rakyat merasa hak-hak mereka diinjak-injak, mereka akan berdiri teguh, bersatu, dan mengorganisir diri untuk melawan. Ini bukan hanya terjadi dalam perlawanan-perlawanan besar seperti demonstrasi nasional, tetapi juga dalam level yang lebih kecil seperti di desa atau komunitas lokal, di mana kekuatan kolektif menjadi alat untuk menggugah perubahan.

Dalam konteks Pilkada atau pemilu, intimidasi terhadap ASN dan kepala desa mungkin terkesan kuat pada awalnya, namun dalam banyak kasus, rakyat mampu menggagalkan upaya tersebut dengan menyuarakan ketidakadilan yang terjadi. Keberanian untuk berbicara dan bertindak meskipun dalam bayang-bayang ancaman menjadi kekuatan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Misalnya, dengan adanya penyuluhan atau kampanye untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat, rakyat bisa dilibatkan dalam proses demokrasi dengan cara yang lebih positif dan produktif.

Rakyat juga memiliki senjata yang paling ampuh dalam demokrasi: hak pilih. Ketika rakyat bergerak dengan kesadaran kolektif dan memberikan suara mereka dengan bijak, maka mereka telah menyampaikan pesan yang sangat jelas: kekuasaan yang tidak demokratis atau yang bertindak di luar jalur rakyat tidak akan bertahan lama. Walaupun intimidasi berusaha menakut-nakuti, rakyat yang cerdas dan terorganisir akan mampu menanggapi dengan penuh ketegasan, menunjukkan bahwa suara mereka lebih besar dan lebih kuat daripada segala bentuk ancaman yang datang dari kekuasaan.

Apa yang perlu diperhatikan adalah bahwa kekuatan rakyat tidak hanya terletak pada aksi protes atau pemilu semata, tetapi juga pada upaya untuk menjaga integritas, menjaga solidaritas, dan mendidik sesama anggota masyarakat untuk tidak takut pada intimidasi. Keberanian yang tulus, bersama dengan komitmen untuk terus menuntut keadilan, menjadi kekuatan yang mampu memecah belenggu ketidakadilan dan membuka jalan bagi perubahan yang lebih baik.

Intimidasi hanya bersifat sementara, tetapi kekuatan rakyat adalah abadi. Ketika rakyat bersatu, mereka tidak hanya menjadi penonton dalam perjalanan demokrasi, melainkan aktor utama yang menentukan arah dan tujuannya. Dalam setiap perjuangan, rakyat selalu memiliki kekuatan untuk menumbangkan tirani dan intimidasi, karena pada akhirnya, kekuasaan yang tidak mewakili rakyat, akan tumbang oleh kekuatan suara rakyat yang bebas dan adil.

 

Penulis: Abdul Bahri Kobandaha, Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Bolaang Mongondow.

No More Posts Available.

No more pages to load.