BOLMONG, Kroniktoday.com – Pada hari Selasa yang cerah di Bolaang Mongondow, sebuah daerah yang terkenal dengan keindahan alam dan kearifan lokalnya, masyarakat mulai bersiap untuk merayakan sebuah pesta demokrasi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati yang akan memimpin selama 5 tahun kedepan (2025-2030). Namun, akhir-akhir ini sangat terasa, di balik wajah ceria rakyatnya, tersembunyi luka yang begitu dalam. Luka yang dipicu oleh ketidakadilan dan penindasan yang terjadi dalam proses demokrasi kali ini.
Bolaang Mongondow adalah tanah yang dikenal dengan prinsip luhur yang diwariskan oleh leluhur mereka. Mototompiaan (saling memperbaiki), Mototabian (saling mengasihi), dan Mototanoban (saling mengingatkan) adalah pedoman hidup yang senantiasa dijunjung tinggi. Rakyatnya tumbuh dalam kebersamaan, menghargai perbedaan, dan membangun persatuan. Tapi, pada tahun ini, tahun yang disebut pesta demokrasi rakyat, segala yang telah diwariskan oleh para leluhur itu seperti terbalik dengan fakta yang terjadi. Semua prinsip mulia yang seharusnya menyatukan, justru menjadi korban dari permainan politik yang penuh intrik, fitnah keji, dan intimidasi yang menjurus pada penindasan.
Di tengah perhelatan pemilihan kepala daerah yang seharusnya mencerminkan demokrasi beretika dan beradab, ada satu calon yang telah merasakan ujian dan pahitnya perjuangan untuk membela kebenaran dan hak rakyat. Dr. Ir. Limi Mokodompit MM dan Welty Komaling SE MM, calon yang diusung oleh PDI Perjuangan, yang memiliki niat tulus untuk membawa perubahan bagi daerah ini, kini harus menghadapi serangan yang begitu keras dan tak berperikemanusiaan, jauh dari bingkai moto leluhur daerah ini.
Tak ada hari yang berlalu tanpa ancaman bagi rakyat dan fitnah berseliweran di sosial media. Setiap langkah yang mereka ambil, setiap kata yang mereka ucapkan, selalu disambut dengan serangan yang bertujuan untuk meruntuhkan kredibilitas. Limi dan Welty secara bertubi-tubi diserang dengan berbagai macam narasi kebohongan, isu fitnah dan hoax, dengan tujuan untuk menghancurkan nama baik mereka dan menutup mata rakyat terhadap niat mulia yang mereka perjuangkan. Tak hanya itu, intimidasi psikologis terhadap rakyat yang memilih mereka juga terjadi akhir-akhir ini. Seolah-olah keberanian untuk mendukung kebenaran yang ada pada Limi-Welty, menjadi sebuah kejahatan demokrasi.
Tapi yang lebih memilukan adalah kenyataan bahwa dalam proses demokrasi kalo ini, hanya satu calon yang harus menanggung beban penindasan. Rakyat Bolaang Mongondow yang dikenal dengan semangat mo’oaheran (saling menghargai), mobobangkalan (saling menghormati), dan mobobahasaan (bertutur kata yang baik), kini disuguhkan dengan politik yang jauh dari adab oleh pihak-pihak yang mempertontonkan sikap haus terhadap kekuasaan. Politik yang tak beretika, yang lebih mengedepankan kekerasan verbal dan psikologis daripada membangun komunikasi yang damai dan penuh rasa saling menghormati di tengah-tengah rakyat.
Seiring berjalannya waktu, rakyat mulai merasa muak. Mereka sadar setelah melihat bahwa yang terjadi bukanlah sebuah proses demokrasi yang sehat, bukan demokrasi yang adil, melainkan sebuah arena pertarungan yang tidak beradab. Ketidakadilan ini begitu menyakitkan, karena ia menyentuh hati setiap individu yang memiliki harapan untuk melihat daerah ini berkembang dengan cara yang baik. Rakyat sadar, bahwa jika politik seperti ini terus dibiarkan, maka masa depan Bolaang Mongondow dan rakyat akan menjadi suram.
Di tengah kegelapan yang begitu pekat, ada secercah harapan yang terus menyala. Rakyat Bolaang Mongondow tak bisa diam lagi dan tak bisa membiarkan satu calon yang penuh harapan dan perjuangan ini terus dihancurkan dengan cara yang begitu keji. Mereka menolak politik yang menebar kebencian, menebar fitnah, dan menindas. Rakyat ingin kembali kepada nilai-nilai luhur yang telah lama mereka junjung tinggi dan menjadi falsafah hidup.
Pada Rabu, 27 November 2024, suara rakyat akan bersatu. Mereka akan menulis sejarah baru bagi Bolaang Mongondow. Mereka akan memilih Dr. Ir. Limi Mokodompit MM dan Welty Komaling SE MM, bukan hanya karena mereka percaya pada kemampuan dan visi misi mereka, tetapi karena mereka percaya pada kebenaran dan keadilan. Rakyat tahu, bahwa hanya dengan memilih Limi dan Welty, daerah ini akan kembali berjalan di jalan yang benar, akan menjadi aman, damai, serta berjalan penuh dengan semangat mototompiaan, mototabian, dan mototanoban.
Rakyat Bolaang Mongondow tak lagi takut dengan intimidasi. Mereka tahu, bahwa meskipun segala cara telah digunakan untuk menghancurkan Limi-Welty, kebenaran tetap akan menang. Dan pada hari itu, air mata akan mengalir, bukan hanya karena perjuangan yang berat telah dilalui, tetapi karena kemenangan yang diraih, dibayar dengan harga yang sangat mahal. Kemenangan yang tidak hanya untuk Limi dan Welty, tetapi juga untuk seluruh rakyat Bolaang Mongondow yang merindukan kedamaian, keadilan, dan kebersamaan.
Demokrasi sejati bukanlah tentang siapa yang memiliki kekuatan atau siapa yang mampu mengintimidasi, menindas, menzalimi dan menekan rakyat, tetapi tentang siapa yang mampu menjaga hati rakyat dan membimbing mereka menuju masa depan yang lebih baik dan kesejahteraan. Dan rakyat Bolaang Mongondow, pada Rabu 27 November 2024, akan membuktikan bahwa mereka memilih kebenaran dan keadilan, meskipun harus melawan segala intimidasi dan fitnah yang ada.
Kisah ini adalah kisah tentang harapan yang tak akan pernah padam, tentang rakyat yang bersatu untuk masa depan yang lebih baik, dan tentang calon yang tak akan pernah berhenti berjuang demi kebaikan bersama. Karena bagi rakyat Bolaang Mongondow, mototompiaan, mototabian, dan mototanoban adalah prinsip yang harus dijaga, dan mereka akan terus memperjuangkan itu, apapun yang terjadi.
Rakyat akan menjadi saksi dari sebuah momentum dan sejarah penuh harapan bagi Bolaang Mongondow pada Rabu 27 November 2024. Di tengah desakan hidup yang kompleks, rakyat merindukan sosok pemimpin yang mampu membawa kedamaian, rasa aman, dan harapan baru seperti Limi dan Welty. Rakyat telah muak dengan segala bentuk penindasan dan intimidasi yang selama ini menyelimuti proses demokrasi, apalagi yang datang dari kekuasaan yang seharusnya menjadi pelindung dan pengayom rakyat.
Rakyat Bolaang Mongondow, dengan hati yang tulus dan harapan yang menggebu, menyuarakan keinginan mereka: sebuah pemimpin yang bukan hanya berbicara soal kekuasaan, tetapi seorang pemimpin yang menaruh cinta dan perhatian pada setiap lapisan masyarakat. Bolaang Mongondow menginginkan pemimpin yang mampu menghilangkan ketakutan, yang memberi rasa nyaman di setiap sudut desa dan rumah-rumah warga. Pemimpin yang tidak memanfaatkan jabatan untuk menindas dan memperkaya diri, tetapi pemimpin yang hadir untuk mengayomi, mengedepankan kedamaian, dan menjunjung tinggi keadilan serta membangun daerah untuk kepentingan bersama rakyat.
Dalam perjalanan politik yang penuh liku ini, masyarakat Bolaang Mongondow sudah menemukan figur yang sangat mereka cintai: Dr. Ir. Limi Mokodompit MM dan Welty Komaling SE MM. Pasangan yang menjadi simbol perjuangan bagi harapan dan cita-cita yang lebih baik. Limi dan Welty membawa visi politik yang damai dan santun.
Rakyat Bolaang Mongondow tidak membutuhkan pemimpin yang menakut-nakuti dengan ancaman dan intimidasi. Mereka tidak ingin hidup di bawah bayang-bayang kekuasaan yang zalim, yang memandang mereka sebagai objek yang bisa diperlakukan semena-mena, ditindas dan ditakuti. Mereka mendambakan pemimpin yang bisa menginspirasi, yang berani menghadirkan perubahan tanpa harus mengorbankan moralitas dan kemanusiaan, tanpa merusak demokrasi dengan cara-cara keji.
Rakyat Bolaang Mongondow telah cukup melihat kebobrokan yang terjadi dalam proses demokrasi yang berbalut kedzaliman dan ketidakadilan. Mata mereka menyaksikan bagaimana politik yang semestinya berfungsi untuk kesejahteraan, malah digunakan untuk menekan, memperlebar jarak ketidakadilan, dan memperburuk kualitas demokrasi. Akibat kondisi saat ini, rakyat pun tersadarkan, dengan tekad yang bulat, mereka telah memilih Limi Mokodompit dan Welty Komaling sebagai pemimpin masa depan mereka.
PDI Perjuangan, dengan komitmen penuh terhadap perubahan yang positif, gotong royong bersama rakyat, mengusung pasangan ini sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan kezaliman dalam demokrasi. Limi dan Welty adalah harapan yang akan membawa Bolaang Mongondow menuju masa depan yang lebih hebat, lebih baik, lebih adil, dan lebih penuh cinta kasih, demi memberikan kenyamanan kepada rakyat.
Saat air mata menetes di wajah rakyat Bolaang Mongondow, iti bukan karena kesedihan, tetapi karena ada harapan yang terbangun kembali—harapan bahwa mereka akhirnya bisa memiliki pemimpin yang mereka dambakan: pemimpin mengasihi dan membela hak rakyat dengan segenap hati. Masyarakat Bolaang Mongondow akan berdiri tegak, satu suara, untuk mendukung Limi Mokodompit dan Welty Komaling, karena mereka tahu, mereka pantas mendapatkan pemimpin yang penuh cinta dan keadilan, mencintai rakyat dengan sangat tulus tanpa intimidasi dan tekanan keji. (*)