Lanjut, Wamendag menjelaskan, sejak kecil dirinya telah mengetahui Buton sebagai daerah tambang aspal. Nah, dari itu, pemahaman dan orientasi pemerintah saat ini, bagaimana menyortir kekayaan alam yang dijadikan produk potensial untuk produk ekspor.
“Kita masih kecil saja SD, selalu kita tahu, sejarah, geografi. Buton itu, pasti aspal. Oleh karena itu, pemahaman kita dan orientasi kita adalah bagaimana menyortirisasi kekayaaan alam ini sebagai produk yang potensial untuk yang keluar sebagai produk ekspor, cumakan masalahnya tadi ada tantangan-tantangan. Tentu persaingan dengan produk import,” ujarnya.
Dia melanjutkan, Kementerian perdagangan fokus dan berorientasi bagaimana bisa mengaktualisasi dan mengkapitalisasi produk aspal ini untuk bisa bersaing. Dan juga, penekanannya adalah, bagaimana mengurangi ketergantungan atas import.
“Sehingga ini yang menjadi salah satu target kami. Tentu kami paham, kami harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah, khususnya dengan pak bupati dan jajaran, sehingga ini bisa menjadi salah satu lompatan kedepan untuk memastikan, isu-isu atau tantangan-tantangan tetap ada,” imbuhnya.
Sebelumnya, Bupati La Bakry menjelaskan kunjungan Wakil Menteri Perdagangan tersebut merupakan tindak lanjut dari arahan presiden.
“Dalam rangka tindak lanjut arahan presiden terkait aspal ini. Yang mana jalur-jalur distribusi perdagangannya baik untuk ekspor maupun dalam negeri. Sekaligus meninjau areal pusat perdagangan rakyat yang ada di Kabupaten Buton, tanggal 26- 27,” ujar dia kepada sejumlah wartawan di lobi Kantor Bupati, gedung A, lantai I, Kompleks Perkantoran Pemkab Buton, Pasarwajo usai rakor.
Lanjut, La Bakry menjelaskan sengaja presiden mengutus Kementerian Perdagangan untuk peningkatan ekspor komoditas aspal agar tidak ada hambatan pada saat mengekspor aspal.
“Perdagangan untuk ekspor inikan tidak sembarangan. Ada kuotanya, ada segala macam. Nanti kita minta tidak ada hambatan di soal tataniaganya aspal ini baik dalam negeri maupun untuk ekspor,” ujarnya.