Dia menambahkan, inti dari pelaksanaan kegiatan diskusi adalah membahas sejarah dan kebudayaan yang ada di Bolaang Mongondow.
Sementara itu, Budayawan Bolaang Mongondow, Hamim Ambaru mengatakan, dirinya mendukung kegiatan diskusi itu dan mengajak para siswa-siswi peserta yang hadir dapat mengambil manfaat ilmu pengetahuan yang diberikan oleh para pemateri.
“Masa depan daerah ini ada di tangan generasi muda. Bila pelajar di daerah ini kehilangan akar kebudayaan, sejarah, dan pengetahuan akan bahasa mongondow, maka masa depan daerah berada diujung tanduk bahkan punah ditangan kita sendiri,” kata Hamim Ambaru saat memberikan sambutan.
Setelah kegiatan resmi dibuka, pemateri pertama, Murdiono Mokoginta menyampaikan metodologis periodesasi sejarah Bolaang Mongondow dengan menggabungkan temuan arkeologis, catatan-catatan kolonial, hasil penelitian sejarah kritis, dan tradisi lisan Bolaang Mongondow. Semua ini memiliki kaitan tentang materi Pengantar Sejarah Bolaang Mongondow.
Akan halnya pemateri kedua, Uwin Mokodongan dari Monibi Institut. Dia mengurai materi Kebudayaan Bolaang Mongondow. Dia mengungkap tradisi, adat-istiadat, kebudayaan yang saat ini masih bisa dijangkau dan ditelusuri oleh siswa-siswi peserta kegiatan. Uwin mengurai berbagai bentuk kebudayaan yang telah punah karena tidak direvitalisasi kembali.
