Hari Buruh Bukan Hari Libur

oleh -1132 Dilihat
oleh

Saya belum bicara tentang hak buruh perempuan. Dimana perempuan menghadapi perjuangan ganda. Di satu sisi buruh perempuan punya risiko yang cukup tinggi menjadi korban pelecehan dan seringkali hak perempuan tidak dipenuhi. Seperti cuti haid dan cuti hamil. Begitu banyak masalah yang di hadapi kaum buruh, masikah kita menutup mata dan menjadikan May day sekadar hari libur?

Berbicara kapitalisme, berarti kita bicara pada tataran Internasional. Artinya, untuk para kaum buruh mengharapakan perubahan sosial yang di impikan, tidak bisa menggantungkan pada sekelompok orang atau mengharapakan tokoh yang melakukan manuver ke arah politik. Mengapa demikian? Bagi saya cukup jelas, kapitalisme bukan sebuah sistem pemerintahan, sehingga kita mengharapakn adanya pemimpin baru yang mungkin bisa menjangkau para kaum buruh dan menunaikan segala tuntutan mereka.

Atau kapitalisme itu sebuah sistem moral sehingga bisa di nasehati melalui tokoh pemuka agama dengan ungkapan “Jangan begitu, kita tidak bisa menghisap atau memperbudak seseorang. Ingat, Tuhan tidak suka.”

Mungkin itu penggalan kata, kapitalisme adalah sistem moral. Bagi saya, tidak ada sistem yang baik kecuali sound system.

Mau berapa kali kita berganti pemimpin atau se-alim apa tokoh agama, tidak bisa menghentikan dominasi kapitalisme. Karena kapitalisme bukan bagian dari keduanya. Kapitalisme adalah bicara tentang kondisi Internasional. Itu mengapa ada gerakan buruh yang coba merubah tatanan sosial.

Maka, mereka akan terancam. Namun, kapitalisme modern punya gerak yang lebih dinamis sehingga mereka menciptakan kemitraan dengan memberikan bonus atau pembagian keuntungan. Sehingga hal ini mampu menangkal petir perlawanan. Kapitalisme sadar akan bagaimana perlawana itu akan tetap ada di sepanjang waktu. (Baca; Hak Buruh dan Serikat Anarkis) serta (Baca; Buruh Berkuasa).

Buruh di Eropa atau Amerika, punya nilai kesejahteraan lebih dibandingkan dengan buruh yang ada di Asia mau pun Afrika. Inilah cara bagaimana kapitalisme mencegah perubahan sosial dengan melemparkan daging yang lebih besar pada beberapa kelas pekerja lainya. Namun kehancuran kapitalisme tidak dapat dihindari

Jiwa manusia selamanya akan rindu terhadap kenyamanan dan kebebasan yang lebih besar, serta masa yang merupakan pembawa sejati dari dorongan ini untuk kemajuan lebih lanjut.

Hari ini kita melihat masih banyak kelas pekerja yang bekerja dia atas 8 jam. Tidak mendapatkan ruangan kerja yang sehat bahkan perlakuan yang sehat. Di Pulau jawa para buruh di perhadapkan dengan kebijakan perusahaan. Dimana, masalah pembayaran tunjangan lebaran akan di cicil hingga akhir tahun, atau kebijakan perusahan dengan adanya pandemi.

Pada salah satu perusahan penyedia jasa pengiriman barang, awalnya 1 paket itu dihargai Rp10 ribu untuk kurir. Masuk masa pandemi, kebijakan mulai berubah seiring merosotnya ekonomi di saat kondisi pandemi. Perusahan mengambil kebijakan yang cenderung merugikan kelas perkerja. Dimana awalnya Rp10 ribu, saat ini malah menjadi Rp2 ribu. Bahkan, ada juga yang di bawah Rp2 ribu per paket.

Sementara saya melihat bagaimana daya beli masyarakat di saat pandemi itu meningkat. Apalai dari segi belanja online. Mungkin kita bisa memahami bagaimana daya belanja online meningkat. Atau kita lihat di sekitar kita, minimarket yang hari ini mulai masif di bangun di setiap daerah.

Teman-teman pernah memperhatikan para kasir tidak disediakan tempat duduk? Banyangkan, 8 jam harus melayani tanpa ada tempat duduk. Itu bicara tempat duduk, bagaimana dengan istirahat atau makan?

Mekanisasi yang di gunakan negara kapitalis kaya, kini turut di gunakan negara-negara kapitalis miskin.

Bersatulah kelas pekerja. Sejatinya kita tidak bisa menggantungkan kehidupan kepada perwakilan yang mulai disusupi wajah elite, atau menggantungkan harapan di setiap 5 tahun sekali. Sejatinya saling bersolidaritas tanpa ada patriotisme dan otoritas. Saya meyakini bahwasanya kelas pekerja mampu mengubah dunia seperti yang di tulis Michael Yates, atau tulisan klasik buruh berkuasa.

Untuk memadamkan api penindasan yang membakar tubuh, tidak bisa menunggu orang lain untuk memadamkannya. Mau menanti berapa lama lagi? Sementara api terus menyala menghanguskan bagian tubuh kita, beranilah menceburkan diri dalam air untuk memadamkan api.

Kami tidak akan membebaskan orang orang, kami ingin orang-orang membebaskan dirinya sendiri (Errico Malatesta).

Gorontalo 30 April 2021. Oleh Fnya Kaplan

No More Posts Available.

No more pages to load.