Selain itu sebagai penyedia data pokok penyusunan Small Area Estimation (SAE). Serta digunakan banyak pihak untuk perencanaan pembangunan seperti Bappenas (Indeks Desa untuk mengetahui perkembangan desa) atau Kemenkeu (Indeks Kesulitan Geografis/IKG sebagai salah satu alokator dana desa).
“Juga sebagai penyedia data potensi sosial ekonomi, sarana dan prasarana wilayah di desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota,” ungkapnya
Disamping itu, Jasni menambahkan, BPS sebagai penyedia data yang mendukung perencanaan ST 2023.
“Sarana updating untuk MFD, urban rural dan tipologi desa lainnya. Serta mendukung penyusunan indikator lain yang spesifik, misalnya statistik bencana menyediakan data bagi penghitungan indikator-indikator pembangunan,” ucapnya.
Dikatakan, tantangan dan permasalahan Podes 2021 yakni ketersedian data yang kurang update.
“Ketersediaan data di desa yang kurang update seperti data jumlah penduduk, luas wilayah dil. Data tersebut hanya perkiraan oleh aparat desa. Dari sisi responden terdapat aparat desa yang tidak tahu kondisi desanya. Apabila terdapat perubahan responden aparat desa jawaban akan cenderung berbeda, dan konsistensi data dari ketersediaan data dan responden berakibat pada konsistensi data,” jelasnya.
Dia juga mengatakan bahwa perlu dilakukannya modernisasi Podes. Pentingnya modernisasi Podes dari Podes sebelumnya sehinga dapat mengatasi permasalahan Podes meskipun dalam situasi pandemi harus menghasilkan data Podes yang lebih berkualitas (akurat update,dan terkonfirmasi).
Sementara itu, Ketua Panitia Jusuf Towadi SE dalam laporannya menyampaikan, tujuan pelatihan ini untuk menyiapkan calon petugas lapangan yang berkualitas.
“Tujuan pelatihan petugas pml dan pcl adalah untuk menyiapkan calon petugas yang menguasai seluruh konsep dan definisi podes 2021 dan mampu menerapkannya di lapangan, dan memperoleh data yang berkualitas,” katanya.
Disamping itu, Jusuf menjelaskan waktu pelaksanaan kegiatan selama 3 hari, check in Rabu 26 mei 2021 dan check out 28 mei 2021.
