BOLMONG, Kroniktoday.com – Salah satu siswa kelas V di SDN 4 Tanoyan yakni AMD, menjadi korban pengeroyokan sesama siswa yang di duga sebanyak 3 orang pada Kamis (21/09/2023).
Menanggapi hal itu, keluarga korban pengeroyokan, Abdul Bahri Kobandaha, meminta Kepala Dinas Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta, mengevaluasi kinerja guru dan kepala sekolah.
“Saya sudah mendapat banyak laporan masyarakat bahwa di sekolah SDN 4 Tanoyan beberapa kali terjadi pemukulan siswa bahkan perkelahian sesama siswa. Bagi saya ini masalah serius yang harus segera disikapi Kepala Dinas Pendidikan Bolmong dengan melakukan evaluasi terhadap kepsek dan guru-guru. Sebab kejadian seperti pemukulan dan perkelahian masih berulang terjadi,” tegas Abdul Bahri Kobandaha, Jumat (22/09/2023).
Dia juga menyesalkan penanganan yang dilakukan pihak SDN 4 Tanoyan atas kejadian pengeroyokan kepada salah satu siswa kelas V yakni AMD.
“Kasus pengeroyokan harusnya di selesaikan dengan memperlihatkan rekaman video pemukulan kepada orang tua pelaku agar mereka mengetahui apa yang terjadi. Selain itu, pihak kami adalah korban. Sementara, tanpa sepengatuan kami, video tersebut di hapus pihak sekolah bahkan terkesan pihak kami tidak diijinkan melihat secara utuh kejadian yang sudah di video itu. Informasi yang korban sampaikan pelaku ada 10 orang dan video itulah yang akan menjadi alat buktinya. Namun video itu di hapus oleh pihak sekolah sebelum proses mediasi dan perdamaian dilakukan,” beber Abdul Bahri Kobandaha.
Dia juga menyesalkan tindakan pihak sekolah yang tidak melaksanakan kesepakatan bahwa proses mediasi dan perdamaian dilakukan Senin 25 September 2023 pekan depan.
“Sebagai pihak kelurga korban pengeroyokan, saya sudah menemui kepala sekolah dan ada juga beberapa guru yang menyaksikan pertemuan itu. Kami sepakat masalah ini di selesai secara baik pada pekan depan, tepatnya hari senin. Tapi tanpa koordinasi dengan saya, pihak sekolah sudah melakukan pertemuan dan memediasi yang pada akhirnya menurut saya, proses penyelesaian itu tidak dilakukan secara objektif dan transparan,” tandasnya.
Menurut Abdul Bahri Kobandaha, dirinya tidak mempermasalahkan proses mediasi yang sudah dilakukan pihak SDN 4 Tanoyan dan bisa berakhir damai. Namun yang sangat dia sesalkan adalah tidakan kepala sekolah dan guru-guru yang menghapus rekaman video pemukulan dan pengeroyokan tanpa diperlihatkan terlebih dahulu kepada orang tua para pelaku. Yang tujuanya menjadi bahan evaluasi bersama sebelum mencapai kesepatan damai.
“Mediasi yang dilakukan tidak masalah, itu hal baik dan patut diapresiasi, tapi ada banyak hal yang kurang. Termasuk video rekaman di hapus tanpa koordinasi. Sementara pengakuan AMD selaku korban, pelaku ada 10 orang, tapi yang terundang hanya 3 orang. Dan, video itulah yang menjadi dasar untuk memanggil siapa saja yang terlibat dalam pengeroyokan. Tapi mau di buat apalagi, pihak sekolah sudah menghapus video, sehingga kami tidak dapat melihat semua pelaku yang ada dalam video tersebut,” tandasnya.
Penulis : Tri Sucipto Lantapon.