“Akibatnya memengaruhi ratusan negara di dunia, termasuk di Indonesia. Sehingga jumlah vaksin yang tadinya tersedia untuk bulan Maret dan April masing-masing 15 juta dosis atau totalnya dua bulan adalah 30 juta dosis (vaksin), kita hanya bisa dapat 20 juta dosis (vaksin) atau dua pertiganya,” terangnya.
Pengurangan pasokan tersebut, imbuh Menkes, akan mempengaruhi laju vaksinasi yang dilakukan di Tanah Air. “Laju vaksinasinya agak kita atur kembali sehingga kenaikannya tidak secepat sebelumnya karena memang vaksinnya yang berkurang suplainya,” ujarnya.
Dengan jumlah pasokan yang terbatas, imbuh Menkes, pada bulan April ini pemerintah memutuskan untuk memprioritaskan penyuntikan vaksin berdasarkan risiko terpapar. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa kelompok masyarakat lanjut usia berumur 60 tahuh ke atas memiliki risiko yang tinggi jika terpapar COVID-19. Oleh karena itu, kelompok ini akan menjadi salah satu prioritas penyuntikan.
“Kita arahkan agar disuntikkan terutama untuk para lansia dulu. Kalau ada jatah sisanya kita suntikkan ke guru, karena memang rencananya semua guru akan divaksinasi sampai Juni, supaya Juli kita mulai bertahap bisa kita buka pembelajaran tatap muka terbatas,” imbuhnya.
Terkait pasokan vaksin, Menkes mengungkapkan, pihaknya terus melakukan negosiasi dengan para produsen agar pasokan vaksin dapat kembali berjalan dengan normal.