“Sumpah pemuda lahir jauh sebelum kemerdekaan. Saat itu pemuda bergerak dengan jiwa patriotisme. Pemuda harus kaya gagasan. Tingkat pengetahuan dan literasi perlu ditingkatkan,” kata Mitha.
Turut dihadiri Gubernur Sulut diwakili oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sulut Steven Liow berserta para tokoh agama di Sulut.
FGD ini dilakukan secara panel yang setiap pemateri diberikan kesempatan 7-10 menit untuk pemparan. Narasumber pertama dari GAMKI, kedua Pemuda Muhammadiyah, ketiga dari Pemuda Ansor. Selanjutnya dari pemuda Hindu, pemuda Budha, Ketua KNPI Bolmong, Pemuda GMIM.
Menurutnya, dahulu banyak elemen pemuda dari berbagai suku, rhas, agama dan budaya pada tahun 1928 telah bersatu. Dengan itu , lahirlah kesepakatan pada kongres Batavia pada saat itu.
”Ini menandakan sebelumnya dinegara kita ini sudah diberkahi dengan namanya toleransi. Saya memaknai toleransi ini sebagai pilar pemersatu bangsa,” kata Mitha.
Ia mengatakan untuk anak muda saat ini sudah bijaksana dalam menggunakan media sosial (medsos). Namun ketika memainkan medsos malah menimbulkan intoleransi, ancaman – ancaman radikalisme. Ini kata Mita, berangkat dari kurangnya literasi dari anak – anak muda sekarang.