Lanjutnya, tim Dinsos sedang merancang konsep agar bisa langsung berkomunikasi dengan para tunasusila yang merupakan warga asli Kotamobagu.
“Pihak provinsi pun pernah bekerja sama dengan dinsos kotamobagu pada tahun 2018, ditemui ada 8 orang dan kami mengajak konseling dengan para eks tunasusila tersebut karena di dinsos menyediakan lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga,” jelasnya.
Dia menambahkan, saat konseling Dinsos menanyakan langsung apa yang dibutuhkan mereka. Saat itu juga diberikan kartu perdana Telkomsel, Tri, dan lain-lain. Nilai per kartu tersebut sebanyak Rp1,5 juta dan di bagi untuk 8 orang tersebut. Hal ini dapat menunjang usaha mereka meski baru tahap demi tahap.
“Dan setelah ditanya kartu tersebut akan digunakan untuk apa, para tunasusila pun menjawab akan membuka usaha demi kesejahteraan hidup kedepan. Pada tahun 2020 para tunasusila sangat tertutup dan sangat susah di undang. Padahal mereka akan diberikan bantuan. Akhirnya hanya mendapatkan 2 orang. Namun dan pada intinya dinsos terus berusaha melakukan tanggungjawab dalam menangani tunasusila hingga saat ini,” pungkasnya. (Vic)
